Sunday, February 5, 2012

The Art Of Random Act


Di awal tahun baru, biasanya istilah ‘daftar resolusi’ menjadi sebuah kata yang cukup populer. Orang biasa berkata ‘Resolusi gua buat taun ini..’, ‘Pokoknya gua harus..’, ‘Resolusi lo taun ini apa?’ Kemudian kita akan bisa melihat banyak orang yang lalu menuliskan daftar mengenai hal-hal yang mereka inginkan terjadi (atau tidak terjadi) di masa depan. Resolusi pada umumnya mungkin berarti sesuatu yang harus dikerjakan atau diperbaiki, sesuatu yang kita inginkan, sesuatu yang mengingatkan kita untuk fokus pada tujuan yang telah ditetapkan. Bahasan mengenai perlunya resolusi sering ditemukan dalam perspektif psikologi populer, dan juga buku-buku motivasi. Akan tetapi kebanyakan buku motivasi yang berjejer di gramedia (kebanyakan, bukan semua) biasanya hanya menjual mistisisme tentang pentingnya melihat masa depan dengan berpikir positif, dan bagi saya itu saja tidak cukup, otak iseng  saya menyadari bahwa ada satu hal yang jarang dibicarakan dalam wacana tentang bagaimana menyikapi masa depan. 

Saya berpendapat bahwa seringkali kita lupa untuk ‘menikmati ketidakteraturan/hal-hal acak’ yang terjadi dalam hidup. Jangan salah, menikmati ketidakteraturan bukan berarti kita lalu hanya bisa berpasrah diri menerima semua yang ditawarkan hidup. Justru kita harus bersikap aktif dengan semua ketidakteraturan tersebut. Bahkan seharusnya kita dapat melihat ketidakteraturan tersebut sebagai sebuah hal yang baru dan menarik dalam rutinitas kita, bukan? Tulisan saya sebelum ini tentang ‘dekonstruksi rutinitas’ mempunyai kesimpulan bahwa rutinitas yang berbahaya adalah rutinitas yang tidak memberikan ruang bagi diri kita untuk mempertanyakan makna dari rutinitas itu sendiri. Tapi apakah anda sadar bahwa pertanyaan tentang makna itu kadang muncul secara tiba-tiba. ‘Random thought’ istilahnya. So, does ‘random thought’ matter? Yes it matter because random thought could break the routine and bring necessary changes in your life. Random thought could lead to random act. Be aware of it. :)

Banyak orang mengira bahwa ketidakteraturan itu berarti sebuah perubahan yang radikal, menyeluruh dan tiba-tiba. Karena itulah mereka melihat hal itu sebagai sesuatu yang menakutkan. Padahal menurut saya tidak selalu seperti itu. Bagi saya tidak ada salahnya sesekali bersikap impulsif. Bahkan suatu pengalaman dan pengetahuan baru bisa terwujud melalui hal-hal kecil seperti mengubah rute pergi ke kantor, mencari tempat baru untuk makan siang, mengubah gaya berpakaian, membaca buku-buku yang sebelumnya tidak pernah dibaca, dan lain-lain. Intinya, dengan mengikuti impulse dan bertindak acak, besar kemungkinan kita akan menyadari banyak sekali hal-hal kecil yang sebelumnya mungkin sama sekali tidak terpikirkan oleh kita. Dan sekali lagi, saya percaya bahwa hal-hal kecil itulah yang dapat membuat kita berubah, tumbuh dan berkembang secara mental dan spiritual.

Enjoying silly little things and randomness that happen in our life. Itulah kuncinya. Bukan berarti saya menafikan pentingnya membuat resolusi pribadi, membuat target, atau membuat daftar keinginan dalam hidup kita. Bukan berarti daftar resolusi yang telah anda tulis seperti ‘Saya ingin berolahraga setiap tiga hari sekali’, ‘Saya harus bisa membeli mobil di tahun ini’, atau ‘Saya harus mendapatkan ini dan itu, atau tidak ingin ini dan itu” merupakan sesuatu yang tidak perlu, namun menurut saya, kadang keinginan yang berlebihan pada suatu hal justru akan membebani diri anda sendiri. Akan selalu ada waktu dimana chaos, ketidakteraturan dan ketidakpastian itu hadir. There’s nothing wrong with us choosing to just embrace it. 


Pic source : here

Biar saya ceritakan sedikit tentang pengalaman saya. Hanya gara-gara saya menyadari bahwa saya menikmati saat-saat menulis skripsi, saya lalu berpikir untuk menjadi dosen. WTF kan? Apa hubungannya coba? Tapi ya saya berusaha untuk menurut pada naluri, dan disaat yang sama tidak terlalu ngotot terhadap hal itu. Setelah hampir setahun setelah saya lulus barulah kesempatan untuk menjadi dosen datang. Okay, I took the chance. Dan setelah setahun merasakan menjadi dosen, barulah saya menyadari ALASAN kenapa saya betul-betul ingin menjadi seorang pendidik. Saya tidak tahu kenapa tuhan suka sekali memberikan kita “the reason why” belakangan. Kadang menyebalkan sih, but hey, if we always know about our future precisely, then what’s left for us to enjoy? 

Ada yang bilang manusia hanya berencana dan tuhan lah yang menentukan. Memang benar menentukan, tapi menurut saya yang ditentukan tuhan adalah skenario yang bisa kita pilih, bukan sekadar fatwa yang tidak bisa dinegosiasikan. Ketika kita percaya bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini bersumber dari tuhan (ataupun dari alam semesta, apapun yang anda percayai) maka seharusnya kita yakin bahwa perubahan, ketidakpastian, ketidakteraturan juga berasal dari tuhan. Dan siapa tau tuhan bermaksud menyelipkan hal itu sebagai kesempatan dan peluang baru dalam hidup kita. Hidup penuh dengan potensi perubahan yang tersebar dimana-mana. Hidup penuh dengan berbagai macam makna menarik yang menunggu untuk diungkapkan. Jadi kenapa kita mesti takut? Apalah arti kehidupan jika pada akhirnya kita tidak bisa menikmati dan memaknainya? 

Buat saya tuhan selalu menuntun kita menjadi manusia yang aktif dan bukan sekadar manusia pasif yang digerakkan oleh tulisan-tulisan tentang impian dalam kertas. Resolusi dan impian, pada akhirnya bukanlah sebuah hal yang HARUS dipenuhi secara KAKU. Karena pada hakekatnya manusia mempunyai potensi  yang mungkin terlalu sempit untuk dibatasi oleh impian-impiannya sendiri. Oleh karena itu, untuk saat ini sejenak saja, mari kita rayakan fakta bahwa kita adalah manusia yang bebas memilih untuk tenggelam dalam lautan perubahan, untuk menyelami berbagai macam ketidakpastian dan terus menerus berkembang serta mempelajari potensi diri yang mungkin tidak pernah terbayangkan sebelumnya. We all deserved to get a taste of seredipity in our lives. So yes, my new year resolution is to embrace randomness and all the little things that happen in my life. Amen to that.

No comments:

Post a Comment